Ini Bahayanya Jika Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Ini Bahayanya Jika Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Bagikan :


Setiap kehamilan adalah anugerah dalam keluarga. Bertambahnya anggota keluarga baru merupakan kebahagiaan bukan hanya bagi pasangan suami istri namun juga bagi kakak yang segera memiliki adik, teman untuk bermain. Meskipun kehamilan identik dengan kebahagiaan, namun bagi orang tua khususnya para ibu, kehamilan yang terlalu dekat antara anak pertama dan seterusnya ternyata memiliki sejumlah risiko bagi kesehatan ibu dan janin. Apa saja risiko kehamilan terlalu dekat bagi ibu dan janin?

 

Risiko kehamilan terlalu dekat bagi ibu dan janin

Bagi Anda yang sudah menjadi orang tua, perencanaan kehamilan memiliki nilai penting, lebih dari sekadar kesiapan mental orang tua serta pengaturan finansial untuk masa depan anak-anak. Mengatur kehamilan juga erat kaitannya dengan menjaga kesehatan ibu dan janin, serta menjaga hubungan antara anak yang satu dengan anak yang lain.

Bagi ibu sendiri, ada beberapa risiko jika kehamilan terlalu dekat, yaitu:

1. Risiko melahirkan prematur dan berat badan lahir rendah

Dilansir dari Mayo Clinic, kehamilan yang terlalu dekat meningkatkan risiko kelahiran prematur. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa bayi yang lahir dari perempuan yang mengalami kehamilan 6 bulan setelah kehamilan sebelumnya berisiko 40% lebih tinggi mengalami kelahiran prematur dan 61% lebih tinggi mengalami lahir dengan berat bayi rendah.

Salah satu dugaan penyebab kelahiran prematur adalah ibu mengalami stres atau kelelahan fisik karena harus membagi tenaga antara mengurus buah hati sebelumnya dengan janin yang sedang dikandung. Jarak kehamilan yang terlalu dekat tidak memberi ibu banyak waktu untuk memulihkan diri dari kelelahan akibat kehamilan sebelumnya.

2. Risiko mengalami pendarahan

Pada kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat, rahim umumya masih butuh waktu untuk pulih agar siap menjadi tempat tumbuh janin yang baru. Beberapa kekhawatiran ini disebabkan adanya kemungkinan bahwa plasenta dari kehamilan sebelumnya belum pulih seluruhnya sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan berikutnya, terutama pada persalinan dengan oerasi sesar.

3. Risiko bayi lahir mati (stillbirth)

Ketika rahim belum siap untuk menampung janin, maka tubuh belum siap memberikan asupan makanan dan mempersiapkan kebutuhan janin secara optimal. Akibatnya, bayi mengalami risiko mengalami stillbirth atau kelahiran kematian, juga perkembangan janin yang tidak maksimal sesuai dengan usianya.

4. Risiko tidak bisa memberi ASI eksklusif

Pada 6 bulan pertama kelahiran bayi, makanan terbaiknya adalah ASI. Ketika bayi berusia lebih dari 6 bulan, ia perlu mendapat makanan tambahan berupa MPASI atau makanan pendamping ASI. Jika ibu menyusui sedang hamil, produksi ASI umumnya berkurang seiring dengan perubahan hormon untuk mempersiapkan kehamilan. Artinya, kesempatan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada si kecil dapat berkurang.

 

Jarak kehamilan yang aman

Mengacu pada pedoman dari WHO, jarak kehamilan yang ideal untuk menurunkan risiko kematian dan komplikasi persalinan ibu dan janin adalah 3 tahun. Dengan jarak tersebut, ibu memiliki waktu yang cukup untuk memulihkan diri, terutama bagi ibu yang sebelumnya menjalani persalinan sesar, serta memiliki waktu yang cukup untuk mencukupi kebutuhan ASI esklusif bagi si kecil setidaknya 2 tahun. Karenanya, penting bagi setiap pasangan untuk merencanakan kehamilan agar kehamilan dapat berjalan lancar bagi ibu dan janin. Bicarakan dengan dokter kandungan mengenai rencana program kontrasepsi dan program kehamilan yang ideal untuk keluarga Anda.

 

Writer: Ratih

Edited By: dr. Ayu Munawaroh

Last Updated: 16-Sep-2021


Sumber:

  1. Mayo Clinic. Family planning: Get the facts about pregnancy spacing. Available from: https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/getting-pregnant/in-depth/family-planning/art-20044072.
  2. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Interpregnancy Care. Available from: https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/obstetric-care-consensus/articles/2019/01/interpregnancy-care.